Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Pendidikan Anak - No: 35 - ANAK DAN ADAB TERHADAP SAUDARA
Senin, 17 Oktober 2022

Sebagian orang tua mengeluhkan adanya hubungan kurang harmonis antara anak-anaknya. Kakak dan adik selalu bertengkar. Tiada hari berlalu tanpa ‘perseteruan’ di antara mereka. Seharusnya hal tersebut tidak dianggap sebagai sebuah fenomena yang wajar. Justru sebagai orang tua kita perlu membiasakan anak beretika dengan saudara-saudaranya.

Dasar etika sesama saudara adalah penghormatan yang muda kepada yang tua dan kasih sayang yang tua kepada yang muda. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُجِلُّ كَبِيرِنَا

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua”. HR. Ath-Thabarany dalam al-Mu’jam al-Kabîr dan dinilai sahih oleh al-Albany.

Di antara detil etika sesama saudara:

1. Mengucapkan salam di saat bertemu. Hal itu adalah sikap terpuji. Karena memang hal tersebut juga dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Makna salam mengandung doa, dengan kita mengucapkan salam maka sama halnya kita mendoakan kebaikan saudara kita.

2. Tersenyum. Senyum adalah ibadah, demikian keterangan dari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihiwasallam. Senyum juga sama dengan kita bersedekah. Niat tulus dari dalam youtubemp3now.com hati disertai senyum yang ikhlas, akan memancarkan sensasi berbeda kepada orang yang kita berikan senyum. Sehingga membangkitkan semangat bagi saudara kita, tentunya memberikan efek positif juga bagi pribadi dalam menjernihkan hati dari penyakit hati.

3. Berbicara dengan lemah lembut. Cara Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam berbicara tidak terlalu cepat sehingga sulit dipahami dan tidak terlalu lambat sehingga membuat bosan. Juga tidak terlalu keras sehingga membuat telinga pekak atau terlalu lirih sehingga sulit didengar. Yang benar adalah pertengahan.

4. Tidak memotong pembicaraan. Sebab hal itu akan menimbul rasa dongkol dan jengkel yang sangat. Juga menumbuhkan prasangka bahwa kita sok tahu dan keras kepala. Namun hargailah saudara agar berbicara hingga selesai.

5. Tidak mengejek dan menertawai kekurangannya Tidak ada seseorang yang sempurna di dunia ini, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, karena semua adalah karunia Allah subhanahu wa ta’ala.

6. Tidak mengambil hak saudaranya. Contoh kecil, mainan milik saudara tidak boleh diambil tanpa seizin darinya. Biasakan anak untuk selalu meminta izin saat akan mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

7. Memberikan hadiah. Saling memberikan hadiah adalah sesuatu yang sering terjadi di kalangan para sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam dulu. Salah satu gunanya saling menyebarkan kasih sayang.

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengajarkan,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah; niscaya kalian akan saling mencintai”. HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dan dinilai hasan oleh al-Albany.

Kita semua pasti sangat bergembira jika ada seseorang yang memberikan sesuatu yang istimewa. Ajarilah anak manakala membeli jajan, untuk tidak melupakan saudaranya. Sehingga beli dua misalnya.

Dan masih ada adab-adab lain yang perlu kita tanamkan dalam jiwa anak-anak kita.

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 23 Ramadhan 1435 / 21 Juli 2014

——————–

* Diringkas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari berbagai sumber.


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-pendidikan-anak-no-35-anak-dan-adab-terhadap-saudara/